Pages

Senin, 29 Desember 2014

alat musik tradisional



ALAT MUSIK ARUMBA

Sejarah Arumba
Konon pada tahun 1964, Yoes Roesadi dan kawan-kawan membentuk grup musik yang secara khusus menambahkan angklung pada jajaran ensemble-nya. Ketika sedang naik truk untuk pentas ke Jakarta, mereka mendapat ide untuk menamai diri sebagai grup Aruba (Alunan Rumpun Bambu). Kemudian sekitar tahun 1968, Muhamad Burhan di Cirebon membentuk grup musik yang bertekad untuk sepenuhnya memainkan alat musik bambu. Mereka memakai alat musik lama (angklung, calung), dan juga berinovasi membuat alat musik baru (gambang, bass lodong). Ensemble ini kemudian mereka beri nama Arumba (Alunan Rumpun Bambu).
       Sekitar tahun 1969, Grup Musik Aruba juga mengubah nama menjadi Arumba, sehingga timbul sedikit perselisihan istilah arumba tersebut. Dengan berjalannya waktu, istilah Arumba akhirnya melekat sebagai ensemble musik bambu asal Jawa Barat.
     Itulah sedikit informasi tentang Arumba (Alunan Rumpun Bambu) yang ada di kawasan nusantara, semoga musik ini semakin populer dan terus berkembang menjadi sebuah alunan musik yang indah dan menawa. Jaga dan lestarikan hasil kreasi bangsa kita.

Bahan pembuatan alat musik arumba :
Arumba terbuat dari bahan dasar bambu
Cara memainkannya :
Di mainkan dengan melodis dan ritmis. Pad awalnya arumba menggunakan tangga nada pentatonis namun dalam perkembangannya menggunakan tangga nada diatonis.
Digunakan untuk :
Selain dimainkan secara instrumentalia, musik ini pun dapat mengiringi nyanyian. Lagu-lagu yang di sajikannya bukan saja lagu-lagu yang ada di Jawa Barat saja, yaitu lagu-lagu daerah Jawa Barat, bahkan lagu-lagu pop dan dangdutan pun dapat di sajikan. Juga lagu yang di ambil dari luar daerah Jawa Barat bahkan lagu­-lagu asing (barat). Dalam pertunjukan di atas pentas, para pemainnya berdiri, kadang-kadang mereka memperagakan gerakan-gerakan kecil seolah-olah menari atau joged.


GAMELAN BALI

Serajah :
Gamelan adalah sebuah orkestra Bali yang terdiri dari bermacam-macam instrumen seperti : gong, kempur, reyong, terompong, ceng-ceng, kendang, suling, gangsa dan rebab yang mempunyai laras selendro dan pelog.
Dapat dipahami bahwa hidupnya seni karawitan Bali di tengah-tengah masyarakat telah luluh berefleksi dengan aktivitas kehidupan masyarakat sehari-hari dalam struktur masyarakat yang bervariasi baik dalam kegiatan keagamaan maupun adat/tradisi. Kenyataan ini nampak dengan jelas karena karawitan Bali muncul dalam nafasnya yang murni, memiliki identitas dan kekhasan yang masih didukung oleh sistem kehidupan masyarakat Bali. Di Bali sendiri terdapat kurang lebih 26 jenis gamelan yang masing-masing memiliki kelengkapan bebarungan dengan fungsi yang berbeda dan jumlahnya semakin bertambah, salah satu diantaranya yaitu Gong Kebyar. Gong Kebyar belakangan ini masih terus menjadi suatu karya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, perorangan maupun kelompok. Sebagai suatu bentuk kesenian yang usianya relatif muda, gong kebyar berkembang sangat pesat dan merupakan suatu jenis karawitan Bali yang paling populer bahkan sampai keluar dari daerah Bali. Di Bali sendiri hampir setiap desa memiliki gamelan gong kebyar, dan gong kebyar telah banyak mempengaruhi jenis-jenis kesenian Bali yang lain, tidak hanya dalam bentuk seni karawitan namun juga dalam bentuk seni tari yang dibawakan dalam bentuk sendratari.
Bahan pembuatan :
Gamelan terbuat dari bahan logam campuran antara Tembaga dan Rejasa, atau juga berarti rumus pencampuran kedua logam tersebut di dalam perbandingan Tiga (3) dan Sedasa (10); yang bertati 3 untuk ukuran Timah dan 10 untuk ukuran. Takaran perbandingan antara Tembaga dan Timah ini harus tepat sekali, dan Empu Gamelan sendiri yang akan meneliti dan menakar supaya memperoleh campuran murni yang disebut Perunggu. Seluruh proses pembuatan Gamelan ini dibagi menjadi 5 phase :
1. Membesot : melebur campuran
2. Menyingi : mencetak
3. Menempa : membentuk dengan memukul dengan mempergunakan pemu¬kul tertentu.
4. Membabar : penyelesaian terakhir (finishing)
5. Melaras : menyesuaikan nada (tuning)
Cara memainkan :
Megambel berarti memukul gambelan
Digunakan untuk :
Di Bali, gamelan bali digunakan dalam berbagai upacara ritual Bali, seperti “Potong Gigi”, yaitu sebuah ritual upacara yang menandakan seorang anak sudah memsuki masa remaja. Namun, pada perkembangannya, penggunaan gamelan semakin luas dalam berbagai kesenian.
 
ALAT MUSIK KORNO


Sejarah :
Provinsi Maluku juga dikenal dengan sebutan “Moluccas” di dunia internasional. Kota Ambon merupakan Ibu Kota dari Provinsi Maluku ini. Provinsi yang berupa kepulauan ini pada tahun 1999 yang lalu dipecah dan dimekarkan menjadi Provinsi Maluku Utara yang beribukotakan Sofifi. Karena Provinsi Maluku ini juga terbentuk dari beberapa kepulauan, maka tidak diragukan lagi akan keindahan alamnya yang menjadi tujuan para wisatawan lokal maupun mancanegara.
Dan sebenarnya Provinsi Maluku juga merupakan tujuan utama wisata jika dibandingkan dengan tempat-tempat tujuan wisata lainnya di Indonesia Bagian Timur. Termasuk yang menjadi daya tarik para wisatawan lokal maupun asing adalah kekayan budaya, panorama, bangunan bersejarah, dan termasuk kesenian serta alat-alat musik tradisionalnya.
Bahan pembuatan :
Korno adalah alat musik yang dibuat dari siput yang dinamakan Fuk-fuk.
Alat musik ini dimainkan :
dengan cara ditiup serta dikendalikan oleh telapak tangan sebagai pengatur suara


ALAT MUSIK SALUANG
 
Sejarah :
Saluang adalah salah satu alat musik tradisional khas Minangkabau,Sumatra Barat. Yang mana alat musik tiup ini terbuat dari bambu tipis atau talang . Orang Minangkabau percaya bahwa bahan yang paling bagus untuk dibuat saluang berasal dari talang sarueh Alat ini termasuk dari golongan alat musik tiup, tapi lebih sederhana pembuatannya, cukup dengan melubangi talang dengan empat lubang. Panjang saluang kira-kira 40-60 cm, dengan diameter 3-4 cm. Keutamaan para pemain saluang ini adalah dapat memainkan saluang dengan meniup dan menarik nafas bersamaan, sehingga peniup saluang dapat memainkan alat musik itu dari awal dari akhir lagu tanpa putus. Cara pernafasan ini dikembangkan dengan latihan yang terus menerus. Teknik ini dinamakan juga sebagai teknik manyisiahkan angok (menyisihkan nafas). Tiap nagari di Minangkabau mengembangkan cara meniup saluang, sehingga masing-masing nagari memiliki style tersendiri. Permainan musik Saluang ini biasanya diadakan dalam acara keramaian seperti keduri perkawinan, batagak rumah, batagak pangulu, dan lain-lain. Permainan ini, biasanya dilaksanakan setelah salat Isya dan berakhir menjelang subuh.
Cara Membuat alat Musik Saluang
Seperti jenis seruling pada umumnya, alat musik tiup ini terbuat dari bambu tipis atau talang (Schizostachyum brachycladum Kurz). Orang Minangkabau percaya bahwa bahan yang paling bagus untuk dibuat saluang berasal dari talang untuk jemuran kain atau talang yang ditemukan hanyut di sungai, namun dalam pembuatan alat musik ini lebih sederhana, yaitu :
Panjang : 40-60 cm dengan diameter 3 sampai 4 meter dan tebal kurang dari 1 mm, untuk lubangnya, kita cukup membuat 4 lubang saja, agar dapat menghasilkan nada yang bagus, lubang dibuat bulat sempurna dengan ukuran garis tengah 0.5 cm. Untuk bagian atas dan bawahnya dibiarkan berongga atau berlubang, bagian atas berfungsi untuk meniup dan bawah berfungsi unuk tempat keluarnya udara, hal ini merupakan salah satu yang membedakan pembuatan seruling biasa dan saluang, pada bagian atas atau tempat untuk meniupnya dibuat meruncing sekitar 45 derajat sesuai ketebala bambu atau talang tersebut. Masyarakat minang menyebut dengan istilah Suai. untuk membaut luabng, anda harus menghitung jarak 2/3 dari panjang keseluruhan saluang, yang dihitung dari bagian atas, disitulah lubang pertama dibuat, sedangkan untuk luabng kedua dan ketiga, dibuat dengan jarak yang sama dari lubang ke lubang dengan jarak setengah lingkaran rongga bambu.
Cara Memainkan Saluang
Hal yang utama dalam memain kan saluang ini adalah cara meniup dan menarik nafas secara bersamaan, sehingga peniup saluang dapat memainkan alat musik itu dari awal dari akhir lagu tanpa putus (circular breathing). Teknik yang dinamakan manyisiahango kini dapat dikuasai dengan latihan yang berkesinambungan. Jangan lupa tiuplah dari bagian atas yang telah di runcingkan atau di suai agar nyaman dan mudah mengatur posisi mulut dengan posisi ujung saluang berada pada samping bibir. Selain itu, kekhasan dan keunikan alat musik ini terdapat pada gaya memainkan saluang yang berbeda-beda. Setiap daerah di Minangkabau memiliki cara tersendiri dalam hal meniup saluang. Tiap nagari di Minangkabau mengembangkan sendiri cara meniup saluang. Hal inilah yang menyebabkan keragaman gaya meniup dan memainkan saluang. Singgalang, Pariaman, Solok Salayo, Koto Tuo, Suayan dan Pauah adalah nama daerah sekaligus nama gaya dalam meniup saluang. Gaya Singgalang dianggap cukup sulit dimainkan oleh pemula, dan biasanya nada Singgalang ini dimainkan pada awal lagu. Ratok Solok dari daerah Solok menjadi gaya yang paling sedih di telinga.
Digunakan untuk :
Pengiring dendang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar